5.3.09

Ba'un riit (sekapur sirih wangi)

Tema ruruwen...
Ladies and gentleman...

Kepada seluruh anak bangsa...

Politik di masa lalu, menjadi sejarah di masa kini.
Dan kegiatan politik di masa kini akan menjadi sejarah di masa datang.
Pasang surut kehidupan marga ini (Aituarauw), menjadi pembicaraan dalam sejarah, legenda, dan mythe suku-suku di kawasan mbaham, iha, kapaur, kokah, patimunin, sabakor, umburauw, tenia, tefera, teso, emaru, 'mbuta, mirkyas, kamoro, dan pantai selatan tanah Papua.

Marga ini hampir punah, karna mendirikan pusat kekuasaannya di lintasan laut Arafura yang sangat strategis. Di mana harus berhadapan dengan hongi suku-suku yang mengayau dan juga pelayaran ekspansi raja-raja tanah Jawa, Maluku, dan Eropa.

Ai tuar auw tiga suku kata ini yang kemudian disakralkan menjadi nama marga yang bermakna : Ai yang berarti kayu, tuar yang berarti pokok, auw yang berarti hidup atau manusia. Bila dirangkaikan seluruhnya akan mengandung makna : manusia yang tidak bisa dihancurkan. Ibarat sebuah pohon, apabila engkau menebangnya pokok dan akarnya masih terhujam tersembunyi di dalam tanah, dan akan muncul pokok-pokok baru dari akar maupun batangnya.

Blog ini dibuat untuk memberikan informasi kepada seluruh anak bangsa dan kepada dunia, apa yang telah dilakukan oleh marga ini di masa lalu, masa kini, dan bagaimana kehidupan mereka setelah mereka tidak lagi menjadi penguasa-penguasa di selatan Arafura. Setelah takhta dan kekuasaannya direbut oleh Belanda dan bagaimana Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Daerah Papua memperlakukan mereka.

Sun A, san Aria, Bai, Samay, BasirOnin, BasirOtar, Nuruwe, E'man, Koiwai Mun.

Terima Kasih.

Tidak ada komentar: